Peranan Mutasi Gen Resistensi dalam Mencegah Penyakit Malaria
Brian Bramsyah¹ dan Regi Prasetio²
Sekolah Lentera Harapan Gunung Agung
Pendahuluan
Malaria merupakan salah satu jenis penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, terutama nyamuk anopheles (Avichena & Anggriyani, 2023). Di Indonesia sendiri kasus malaria lumayan banyak seperti garifik dibawah ini:
(Samsul,2023)
Penyakit malaria mempunyai makhluk yang berperan besar dalam penularan yaitu parasit malaria (Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina (Fitriany & Sabiq, 2018).
Mayoritas dari korban malaria adalah anak-anak yang berusia di bawah lima tahun. Kasus malaria di berbagai belahan dunia paling banyak terjadi di wilayah Afrika, Asia Tenggara, Amerika Selatan dan Sub-Sahara Afrika (Utami, 2022). Dari banyaknya kasus, terdapat orang yang kebal terhadap penyakit malaria, karena adanya mutasi Resistensi Antibiotik, kok bisa sih Resistensi Antibiotik dapat membuat orang kebal dari penyakit malaria? Mari simak penjelasan di bawah ini!
Pembahasan
Malaria adalah suatu penyakit akut maupun kronik yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium (Fitriany & Sabiq, Malaria, 2018). Penyakit malaria termasuk dalam penyakit berbahaya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi parasit, gigitan nyamuk tersebut membuat parasit masuk kemudian mengendap DNA (Inderiati, Handayani, & Syaeptiani, 2022). Penyakit malaria merupakan penyakit yang dapat menular tetapi tidak menular secara kontak fisik langsung namun yang utama adalah gigitan nyamuk tersebut. Kemudian juga akibat ketika transfusi darah, transplatasi organ dan penggunaan alat suntik pasien yang terjangkit atau terinfeksi penyakit malaria. Kemudian dapat ditularkan kepada anak yang ada di dalam perut akibat ibunya yang terjangkit penyakit malaria (Solikhah, 2012).
Terdapat empat jenis malaria di dunia yang dapat menginfeksi sel darah merah manusia, yaitu :
1. Malaria Tropika
Disebabkan oleh Plasmodium falciparum yang sering menyebabkan malaria berat atau malaria otak yang fatal, gejala serangannya timbul berselang setiap dua hari (48 jam) sekali.
2. Malaria Tertina
Disebabkan oleh Plasmodium vivax, gejala serangannya timbul berselang setiap 3 hari. Relaps 50% dalam beberapa minggu kurang lebih 5 tahun setelah penyakit awal.
3. Malaria Quartana
Disebabkan oleh Plasmodium malariae, gejala serangannya timbul berselang setiap 4 hari.
4. Malaria Ovale
Disebabkan oleh Plasmodium ovale. Gejalanya hampir menyerupai malaria quartana, jenis ini jarang ditemui di Indonesia, banyak dijumpai di Afrika dan Pasifik Barat (Putra, 2011).
Apa sih dampak dari gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi parasit?
Jadi, malaria yang tidak ditangani dengan cepat bisa menyebabkan komplikasi seperti gagal ginjal, kejang-kejang, gangguan mental, tidak sadarkan diri (koma), dan bisa berujung pada kematian. Dari banyaknya kasus tersebut, terdapat orang yang kebal terhadap malaria karena adanya mutasi genetik di dalam tubuh yang disebabkan oleh Resistensi antibiotik (Dimi, Adam, & Alim, 2020). Jadi Resistensi antibiotik adalah salah satu jenis dari resistansi obat-obatan yang terjadi pada mikroorganisme, ketika mikroorganisme tersebut mampu untuk menahan efek antibiotik. Resistansi antibiotik dapat bekerja pada mutasi .
Resistensi antibiotik ini smerupakan solusi untuk mengatasi masalah penyakit malaria yang terjadi di dalam tubub manusia. Resitensi antibiotik sendiri mempunyai sifat yang kebal atau resistensi terhadap virus atau parasit. Antibiotik tersebut akan masuk ke DNA manusia. Dalam terjadinya mutasi, dapat terjadi dengan menyuntikan antibiotik dari mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan antibiotik tersebut akan sampai pada DNA manusia. DNA tersebut telah terjangkit oleh parasit karena parasit telah menempel pada sel iang yang ada di DNA. Setelah berhasil mematikan parasit tersebut, resistensi antibiotik akan berpengaruh pada perubahan urutan DNA di dalam tubuh manusia sehingga bisa terjadi mutasi genetik. Setelah mengalami mutasi, manusia yang mengalami mutasi dapat terhindar dari penularan penyakit Malaria dibandingkan dengan sebelum mengalami mutasi, manusia akan lebih mudah terkena penularan lenyakit ini malaria (Putri & DKK, 2023).
Kesimpulan
Pemanfaatan resitensi antibiotik dalam pengobatan penyakit malaria (plasmodium) adalah langkah yang paling efektif karena dengan menggunakan resitensi antibiotik dapat membunuh parasit plasmodium falciparum yang menyebabkan penyakit malaria atau malaria otak yang fatal. Penyakit malaria (plasmodium) adalah penyakit yang di sebabkan oleh nyamuk anopheles betina melalui gigitan. Penyakit ini adalah penyakit yang termasuk dalam penyakit yang berbahaya . Penyakit ini memiliki dampak yang sangat buruk bagi kesehatan terutama pada anak- anak maupun orang dewasa bahkan bisa menyebabkan kematian.
Saran Bagi Pembaca
Saran bagi pembaca adalah untuk mengerti dengan bahaya penyakit malaria. Kita juga harus menyadari bahwa penyakit itu berbahaya dan kita perlu melakukan antisipasi supaya tidak tertular/terkena penyakit malaria. Maka dari itu kita harus berjaga-jaga dengan memakai kelambu saat tidur, membuang air yang tidak digunakan dan ketika merasa sudah ada gejala sepertu di atas, segera periksa ke klinik terdekat.
Saran Bagi Penulis
Saran bagi penulis selanjutnya adalah menggunakan sumber yang lebih tervalidasi. Kemudian penulis selanjutnya dapat mengkaji lebih dalam lagi. Penulis selanjutnya juga lebih teliti dalam mencari sumber.
References
Avichena, & Anggriyani, R. (2023, Juni 3). Analisis Penyakit Malaria Akibat Infeksi Plasmodium sp terhadap Darah Manusia. Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan Mikrobiologi(1), 30-31. doi:: https://doi.org/10.33019/ekotonia.v8i1.4128
Dimi, B., Adam, A., & Alim, A. (2020, Maret). Prevalensi Malaria Berdasarkan Karakteristik Sosio Demografi. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 19(1), 5-7. doi:10.33221/jikes.v19i01.399
Fitriany, J., & Sabiq, A. (2018, November 5). Malaria. (H. Sawitri, Penyunt.) Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh, IIII(2), 1-2. doi:https://doi.org/10.29103/averrous.v4i2.1039
Inderiati, D., Handayani, S., & Syaeptiani, D. (2022). Identifikasi Plasmodium Vivax Menggunkan Metode Nested PCR Malaria. VII, 38-50. Dipetik Mei 3, 2024, dari https://jurnal.aiptlmi-iasmlt.id/index.php/joimedlabs/article/download/96/28/828
Marsandi, F., & Estuningsih, S. P. (2016). Cara Pseudomonas mendegredasi. Asosiasi Konsorsium Bakteri Pseudomonas Pseudoalcaligenes dan Micrococus Luteus dengan Lamtoro (Leucaena Leucocephala (Lamk.) (De Wit) dalam Upaya Meningkatkan Bioremediasi Minyak Bumi, 13, 808. doi:https://media.neliti.com/media/publications/175476-ID-asosiasi-konsorsium-bakteri-pseudomonas.pdf
Putra, T. R. (2011, Agustus). Malaria dan Permasalahannya. II, 105-107. Dipetik Mei 3, 2024, dari https://jurnal.usk.ac.id/JKS/article/download/3469/3231
Putri, C. I., & DKK. (2023, Maret). Kejadian Resistensi Pada Penggunaan Antibiotik. XIII(3), 220-223. Dipetik Mei 4, 2024, dari https://www.journalofmedula.com/index.php/medula/article/download/629/495/3491
Samsul, D. I. (2023). Mengulas Eliminasi Malaria (Vol. VIII). (R. A. Syafri, Penyunt.) Badan Keahlian Setjen DPR RI. doi:buletin-apbn-public-192 (1).pdf
Solikhah. (2012, Juli). Pola Penyakit Malaria di Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo DIY Tahun 2029. XV(3), 212-222. Dipetik Mei 4, 2024, dari https://media.neliti.com/media/publications-test/21345-pola-penyebaran-penyakit-malaria-di-keca-d11ad87e.pdf
Utami, T. P. (2022, February). Faktor Risiko Penyebab Malaria di Idonesia. Jurnal Surya Medika, VII, 96-107. doi:https://doi.org/10.33084/jsm.vxix.xxx